
Oleh : Guru kami tercinta Amalia, M. P. Fis
Sebenernya sih, postingan ini aku cupas dari blog-ny sekolah punya. Aku tulis disini karena berisi sesuatu pelejaran yang sangat menarik yang bisa diambil dari kisah perjalanan hidup seorang guru di sekolah saya yang bisa dikatakan. yah . . . she's very very genius for me. Berikut postingan ibu amalia di blog MAN 1 PALEMBANG :
Saya adalah salah satu dari sedikit orang yang bisa merasakan mengenyam pendidikan pasca sarjana di salah satu universitas terbaik di negeri ini. Saya, yang hanya seorang guru sebuah Madrasah Aliyah yang terletak di pinggiran kota palembang dan dibesarkan juga di pinggiran kota Palembang dapat kuliah di Institut Teknologi Bandung yang bahkan termasuk dalam 300 perguruan tinggi terbaik di dunia. Sungguh suatu kenyataan manis yang sangat saya syukuri.
Banyak hal yang saya rasakan berbeda ketika saya kuliah S.1 dahulu dengan kuliah S.2 sekarang. Hal yang paling mencolok adalah dipergunakannya buku teks yang hampir kesemuanya berbahasa Inggris. Hampir semua teman mengeluh jika berhadapan dengan bahasa Inggris, tetapi saya tidak merasa ada sesuatu yang perlu dikeluhkan. Hal tersebut bukan karena saya sangat mahir berbahasa Inggris, sama sekali tidak, tetapi karena saya sangat menyukai bahasa Inggris.
Kalau saya mengenang masa-masa dimana saya memulai kesukaan terhadap bahasa Inggris, saya merasa sedikit norak, sedikit aneh, dan sedikit sentimentil. Salah satu hal yang membuat saya menyukai Bahasa Inggris adalah bahwa saya merasa sedikit ‘keren’ ketika dapat menyanyikan lagu berbahasa Inggris. Kecintaan saya pada bahasa Inggris bermula dari ‘kompetisi tersembunyi’ antara saya dan tiga teman dekat saya waktu SMP. Mereka senang menyanyikan lagu berbahasa Inggris, lagu-lagu barat, yang lagi ngetren pada saat itu. Dua orang menyukai musik pop sedangkan satu orang lebih menyukai lagu-lagu yang berirama rock dan metal. Tetapi benang merah dari kesukaan mereka adalah bahwa lagu yang mereka gemari adalah lagu barat yang biasa mereka tonton dari parabolanya masing-masing. Waktu itu saya tidak terlalu mengerti apa yang mereka nyanyikan karena jenis lagu yang saya tahu hanya dangdut yang memang disukai oleh ayah dan ibu saya.